29 Januari 2009

Sains Dalam Pergaulan Remaja


Perilaku remaja masa kini sering mengkhawatirkan. Dari mulai mabuk-mabukan, penggunaan narkoba sampai free sex mereka lakoni. Menurut hasil penelitian terakhir para remaja ini bukan tidak menyadari berbahayanya hal tersebut. Fakta yang diperoleh dari hasil penelitian menunjukkan bahwa, remaja menghabiskan waktu lebih bayak untuk mempertimbangkan akibat yang akan terjadi sebelum berbuat sesuatu, dibandingkan dengan orang dewasa. Namun sayangnya, keinginan untuk memperoleh pengakuan dari teman-teman sebayanya menjadi prioritas yang lebih utama dalam mengambil suatu keputusan.Dua orang peneliti, Valerie Reyna dari Cornell University dan Frank Farley dari Temple University berhasil menyimpulkan sejumlah fakta ilmiah dari perilaku remaja ini.Dibandingkan dengan orang dewasa, remaja menghabiskan 170 milisekon lebih banyak untuk mempertimbangkan baik buruknya akibat yang mungkin terjadi sebelum melakukan perilaku yang menyimpang. Orang dewasa dapat dengan segera memutuskan bahwa suatu perilaku tertentu berbahaya, karena mereka secara intuitif merasakan dampak yang akan timbul, sebelum dampak tersebut terjadi. Sedangkan remaja masih membanding-bandingkan dampak yang mungkin terjadi dengan manfaat yang mungkin mereka peroleh."Dengan kata lain, orang dewasa mengandalkan pengalamannya sebagai dasar mengambil keputusan. Sedangkan para remaja masih bergantung pada logika mereka semata", ucap Reyna peneliti dari Cornell University ini.Para remaja sering mengambil keputusan untuk melakukan sesuatu karena merasa hal itu akan membuatnya mudah diterima oleh teman-teman sebayanya. Walaupun perilaku tersebut beresiko.Karena itu sadarkanlah mereka bagaimana sakitnya over dosis kerena obat terlarang, ketimbang sekedar menerangkan akibat-akibat yang dapat terjadi berdasarkan data-data yang ada. Buat mereka merasakan sakitnya sifilis, ketimbang sekedar mempertontonkan gambar-gambar penderita sifilis.Hasil penelitian kedua ahli dari Cornell University dan Temple University ini, diterbitkan dalam Psychological Science in the Public Interest edisi September 2006.
By; Siti Khaeru Umayyah Riyani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar