14 Februari 2009

PERANG SALIB

Perang Salib adalah kumpulan gelombang dari pertikaian agama bersenjata yang dimulai oleh kaum Kristiani pada periode 1095 – 1291; biasanya direstui oleh Paus atas nama Agama Kristen, dengan tujuan untuk menguasai kembali Yerusalem dan “Tanah Suci” dari kekuasaan Muslim dan awalnya diluncurkan sebagai respon atas permohonan dari Kekaisaran Byzantium yang beragama Kristen Ortodox Timur untuk melawan ekspansi dari Dinasti Seljuk yang beragama Islam ke Anatolia.
Istilah ini juga digunakan untuk ekspedisi-ekspedisi kecil yang terjadi selama Abad ke 16 di wilayah diluar Benua Eropa, biasanya terhadap kaum pagan dan kaum non-Kristiani untuk alasan campuran antara agama, ekonomi dan politik. Skema penomoran tradisional atas Perang Salib memasukkan 9 ekspedisi besar ke Tanah Suci selama Abad ke 11 sampai dengan Abad ke 13. “Perang Salib” lainnya yang tidak bernomor berlanjut hingga Abad ke 16 dan berakhir ketika iklim politik dan agama di Eropa berubah secara signifikan selama masa Renaissance.
Perang Salib pada hakikatnya bukan perang agama, melainkan perang merebut kekuasaan daerah. Hal ini dibuktikan bahwa tentara Salib dan tentara Muslim saling bertukar ilmu pengetahuan.
Perang Salib berpengaruh sangat luas terhadap aspek-aspek politik, ekonomi dan sosial, yang mana beberapa bahkan masih berpengaruh sampai masa kini. Karena konfilk internal antara kerajaan-kerajaan Kristen dan kekuatan-kekuatan politik, beberapa ekspedisi Perang Salib (seperti Perang Salib Keempat) bergeser dari tujuan semulanya dan berakhir dengan dijarahnya kota-kota Kristen, termasuk ibukota Byzantium, Konstantinopel. Perang Salib Keenam adalah perang salib pertama yang bertolak tanpa restu resmi dari gereja Katolik, dan menjadi contoh preseden yang memperbolehkan penguasa lain untuk secara individu menyerukan perang salib dalam ekspedisi berikutnya ke Tanah Suci. Konflik internal antara kerajaan-kerajaan Muslim dan kekuatan-kekuatan politik pun mengakibatkan persekutuan antara satu faksi melawan faksi lainnya seperti persekutuan antara kekuatan Tentara Salib dengan Kesultanan Rum yang Muslim dalam Perang Salib Kelima.
Meskipun Perang Salib telah lama berlangsung, tapi tak bisa dimungkiri kalau pengaruhnya masih bisa dirasakan hingga kini di Timur Tengah maupun wilayah-wilayah dunia lainnya, terutama dalam kaitannya dengan hubungan Islam dan Kristen. Perang Salib III (1187-1192) merupakan salah satu episode dari sejarah panjang Perang Salib yang berlangsung + 200 tahun. Dari seluruh episode, bisa dikatakan bahwa Perang Salib III merupakan episode paling dahsyat. Perang ini menyimpan beragam epos dari perseteruan dua pemimpin hebat, Salahuddin al-Ayyubi dari kubu Muslim pada satu pihak, dan Richard si Hati Singa dari kubu Kristen pada pihak lain.
Perang Salib atau Crusade pada akhir abad ke-11 hingga ke-13 pada intinya adalah peperangan untuk menguasai tanah suci Jerusalem, melibatkan dua kaum besar yaitu negara-negara Eropa Barat Nasrani dan negara-negara Timur Tengah Islam. Bahkan menurut pemikiran saya sendiri perang di kawasan Laut Tengah tersebut masih ada hingga kini meskipun tanpa dalih agama dan semakin mendunia dengan terlibatnya negara baru Amerika dari seberang samudera Atlantik serta negara baru Israel sebagai kaum yang memerdekakan diri di tanah airnya. Ketiga kaum atau agama tersebut semuanya bermuara meyakini Jerusalem adalah tanah sucinya mereka. Memang benar adanya. Sudah lama diyakini bahwa Perang Salib membawa pencerahan besar kepada kaum Eropa Barat yang dulu bisa dikatakan sangat tertinggal ketika ilmu pengetahuan dan kebudayaan maju pesat di negara-negara Timur Tengah, bahkan meluas hingga ke barat ke Andalusia dan ke timur ke daratan India. Dan sepertinya studi dan riset tinjauan sejarah Perang Salib jauh lebih banyak dilakukan oleh kaum Barat.

Sumber: http://id.wikipedia.org/
http://www.lentera-hati.com/
http://yulian.firdaus.or.id/
Tema_Agama
Oleh: Tati Rodianti

Tidak ada komentar:

Posting Komentar