17 Februari 2009

jaman jahiliah


ZAMAN JAHILIYAH


Pada umumnya pengertian jahiliyyah yang beredar di masyarakat luas adalah keadaan orang-orang Arab sebelum Islam, karena mereka bodoh terhadap Tuhan, Rasul dan syari’at-syari’at-Nya serta mereka berbangga-bangga dengan keturunan, kebesaran dan lain sebagainya. Namun “Jahiliyyah” tidak hanya khusus pada sa’at itu, tidak hanya khusus pada zaman tertentu dan tidak pula kaum tertentu. Jahiliyyah bisa terjadi kapanpun dan masyarakat manapun dengan syarat terdapat unsur-unsur yang telah disebutkan, walaupun zaman ini adalah zaman sains.
ZAHILIYAH MENURUT WIKIPEDIA
Jahiliyah (bahasa Arab: جاهلية, jahiliyyah) adalah konsep dalam agama Islam yang berarti "ketidaktahuan akan petunjuk ilahi" atau "kondisi ketidaktahuan akan petunjuk dari Tuhan".[1] Keadaan tersebut merujuk pada situasi bangsa Arab sendiri, yaitu pada masa masyarakat Arab pra-Islam sebelum diturunkannya al-Qur'an. Pengertian khusus kata jahiliyah ialah keadaan seseorang yang tidak memperoleh bimbingan dari Islam dan al-Qur'an.



DAHAGA SETETES DALAM BANJIR

TERIAK- teriak sampai serak malah semakin lama semakin marak, lantas melemas selemas tubuhnya yang terjepit setelah terhempas hempas arus air banjir yang kian deras dan kian deras sepertinya terus menderas tanpa batas.

Di bawah tekanan gumpalan mega mendung yang hanya sesekali dibelah denyar kilat teriring guruh menderu, lelaki tua itu terjepit di situ di antara batang batang pepohonan yang tinggi berdaun rindang tapi kini nyaris tenggelam bersamanya.

Ya Tuhan ! Dari mana datangnya air bah tak mampu diketahuinya lagi kerna begitu cepat dari segenap penjuru jagat. Menakjubkan ! Seperti juga sungguh menakjubkan sampai terjadi keadaan demikian. Bukan baru sekali dua kali datang bencana banjir melainkan entah sudah keberapa kali tak terhitung lagi. Tapi, dimana kemana orang orang pintar, orang orang kuat, orang orang besar, orang orang pemegang kekuasaan dan para pembuat peraturan, para pemikir, para pengurus kawasan sekalian penduduknya ? Pada lari ? Cepat minggat dengan segala alat bakhtera penyelamat diri sendiri di zaman zahiliyah atau layaknya seperti di zaman Nabi Nuh saja ?

Lelaki tua itu terus berteriak-teriak sekalipun serak berubah keheningan sejenak. Sekalipun mulutnya terbuka seperti tawa ngakak. Suaranya sirna, kecuali dengus nafasnya yang juga makin lama makin melemah karena terlalu lelah. Sedang relung telinganya samar samar masih menangkap suara desah aliran air bah. Juga masih tertangkap dari kejauhan lamat-lamat iring irama seruling membawakan lagu Sunda, lagu Minang, lagu Irlandia? Oh, Irlandia ? Iya, karena dia penggemar Enya. Lagu Sunda ? Iya, karena ada darah Sunda yang campur darah Melayu di jaringan jutaan urat syarafnya. Lagu Minang ? Iya, karena kekasihnya, isterinya yang terkasih pernah menganugerahinya zat nikmat tiada ternilaikan baginya. Zat yang telah menjadi bagian dari darah dan telah merasuki tulang sumsumnya.

Kini lelaki tua itu meski berupaya teriak namun tak lagi suara paraunya terdengar telinga makhluk biasa. Apa pula tiada ada seorang pun di seputar, kecuali air membanjir dan desah kederasannya yang menghanyutkan segala. Dan bola matanya sudah terkatup dengan sendirinya, karena keletihan. Tiada mampu lagi menampak tepian kawasan, pesawahan maupun kebun sawo yang luas sudah lama sirna pula. Di kejauhan hanya nampak beberapa batang pohon kelapa dengan daunnya yang juga begitu lemah lunglai.

Lelaki tua itu masih berupaya untuk teriak, meski suara seraknya sudah lama sirna. Tak satu makhluk biasa bisa menangkap makna teriakannya, meski teriak itu berubah menjadi doa belaka. Yang tak seorang manusia mampu menangkap maknanya. Padahal doa itu tak panjang tak pula banyak, hanya sekedar sinyal menyatakan dia butuh pertolongan demi menyelamatkan jiwa raganya. Dan yang paling urgent. Yakni setetes air. Hanya setetes air yang dibutuhkan, layaknya musyafir yang teramat dahaga terjebak di gurun pasir.

Lelaki tua itu masih terus berupaya ? upaya yang mutakhir kali : berteriak-teriak yang berubah doa dianugerahi setetes air. Meski teriaknya tak sesosok makhluk biasa pun mampu mendengar maknanya.

Selama beberapa detik dia tak lagi berkutik. Lantas, seketika kedua pelupuk matanya perlahan lahan terbuka nyaris bareng dengan gerak bibirnya yang mulai komat-kamit mengucap bisik : Syukur Alhamdulillah. Barusan sesosok bidadari singgah menyapa mesra, menciumnya, mengalirkan tetes-tetes air dari bibir lantas menyirami tenggorokan keringnya.

KESIMPULAN


Zaman jahiliyah sering di sebut dengan zaman kebodohan.Dimana pada saat itu bangsa arab ketika tahun 1500 SM.Pada masa itu orang-orang berada dalam zaman yang sangat memilukan dan dalam masa keterpurukan.banyak orang yang bermain judi,meminum minuman keras bahkan berzinah.


OLEH:DINI ATIPAH







Tidak ada komentar:

Posting Komentar